Rabu, 11 Mei 2011

PILIHAN DUA ARAH


oleh Yusuf Mansur Network pada 10 Mei 2011 jam 14:17
Banyak orang yang terlalu muluk menghadapi dunia, hingga terkadang yang ada dalam pikirannya sesuautu yang sangat idealis, sehingga tidak membumi. Semua dalam bayangan orang yang sangat “perfect” adalah kesempurnaan. Sementara kita mengatahui bahwa tak ada sesuatu pun di dunia ini yang sempurna, bagaimana pun kejadiannya pasti ada sesuatu yang nampak tak sempurna, ada saja kekurangannya, dan memang dunia bukan tepat kesepurnaan (Surga).

Jadi sangat bermimpi kalau segala sesuatu yang mendunia harus dianggap seperti Surga atau disamakan bentuk dan setuasinya seperti di Surga adanya, ya tentu saja mustahil, tentu saja sebuah “mission imposible” kalau mengharapkan sebuah rencana atau apapun namanya harus sempurna.

Ya bagaimana pun matangnya sebuah rencana, bagaimana pun bagusnya sebuah proses atau bagaimana pun kerasnya sebuah usaha, namun bila rencana itu sudah dimatangkan dan sudah dibuat menjadi sesuatu yang nyata, pasti bila sudah jadi, akan terlihat, ini kurang, itu kurang, makanya biasanya, sesudah proses dilewati, akan ada evaluasi.

Apa tujuannnya? Ya apa lagi kalau bukan untuk mencari kelemahan atau kekurangan proses yang sudah berjalan, ternyata hasil lagi-lagi tak sempurna, ada saja kekurangannnya, padahal itu sudah di kaji berulang-ulang, agar suatu proses yang sedang dikerjan atau sudah dikerjakan nyaris sempurna, tapi nyatanya tidak.

Lalu apa mesti putus asa kalau sesuatu yang direncanakan itu tak sesuai dengan apa yang diharapkan, atau menyesali apa yang sudah terjadi, padahal apapun bentuk penyesalan terhadap segala sesuatu yang sudah berlalu, tak akan terjadi lagi, sang waktu tak bisa diputar balik, semuanya berjalan menurut arah sang waktu.

Maka penyesalan dalam bentuk apapun tak ada gunanya, penyesalan yang datangnya terlambat, tak bisa merubah apa-apa, tak bisa merubah sang waktu untuk kembali mundur! Jadi karena dunia ini bukan Surga, bertindaklah wajar, tidak berlebihan, dan tidak menuntut segala sesuatu mesti apa yang sesuai dengan yang kita inginkan

Dunia sengaja diciptakanNya bukan dalam bentuk yang sempurna, dan itu menunjukkan agar manusia mewujudkannya sebagai sesuatu yang diraih, bukan diberi, tapi diusahakan oleh tangan manusia itu sendiri, agar dunia yang menjadi Surga walau hanya dalam tanda kutip.



Berjalah kau, wahai manusia dan jalan membentang di jalannya tidak mesti semulus jalan tol, pasti ada kekurangannya dalam perjalanan hidupmu, hal itu biasa, tak ada manusia yang luput dari suka dan duka, tak ada manusia yang murni 100% baik dan tak ada manusia jahat 100%. Pada diri manusia seringkali di tengah-tengah keburukaya, ada kebaikanya dan sebaliknya kita sering mengenal manusia yang di tengah-tengah kebaikanya ada sisi buruknya. Itulah sebabnya ada pepatah “Tak ada gading yang tak retak”. Pada gading yang retak itulah, gading menjadi lebih indah!

Jangan membayangkan keindahan persis seperti di film-fim atau di sinetron-sinetron yang serba mudah dan serba indah adanya, tak kekurangan apa-apa, semua serba mulus dan menarik. Tapi lagi-lagi karena dunia ini bukan Surga dan bukan sinetron yang menjual mimpi-mimpi, hingga, maaf, ibu-ibu bisa berjam-jam, berhari-hari, bahkan sampai bertahun-tahun terus menerus mengikuti sinetron yang menjadi idolanya, terus saja dininabobokan oleh sinetron yang menjual mimpi tadi, yang menjual Surga begitu murah meriah.

Kadang bahkan sampai lupa masak, lupa mengurus suami dan anak-anak, dan lebih repot lagi lupa segalanya, hanya karena sinetron yang menjual keindahan dan kenikmatan duniawi tadi. Untuk itu marilah kembali membumi, marilah kembali ke dunia nyata, dunia yang penuh dengan suka dan duka, dunia yang penuh dengan tangis dan tawa, dunia yang penuh dengan keringat dan air mata, bahkan dengan darah! Itulah dunia, inilah dunia, kitalah dunia ini. Kapan keindahan abadi? Kapan kebahagiaan terasa selamnya? Kapan kenikmatan tak pernah berkurang? Itu nanti di Surga, bukan di dunia ini!

"Perumpamaan taman surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa itu ialah suatu taman yang di dalamnya ada sungai-sungai yang airnya tidak berubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari susu yang rasanya tetap tidak berganti-ganti, sungai-sungai dari anggur yang amat sedap rasanya bagi orang yang memimumnya dan sungai-sungai dari madu yang bening jernih. Di sana mereka memperoleh segala macam buah-buahan serta pengampunan dari Tuhannya." (QS. Muhammad : 15)

"Sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, bahwasannya untuk mereka itu adalah surga yang dibawahnya mengalirlah sungai-sungai. Setiap mereka memperoleh pemberian dalam surga dari macam buah-buahan, mereka berkata: Ini adalah pemberian yang pernah kita terima dahulu dan mereka memang diberi pemberian yang serupa. Juga bagi mereka di dalam surga itu akan memperoleh jodoh yang suci dan mereka kekal di dalamnya." (QS. Al-Baqarah: 25)

"Dan beredarlah (melayani) di sekitar mereka itu bujang-bujang yang tetap tinggal muda. Kalau engkau lihat mereka, engkau kira mereka itu adalah mutiara yang bertaburan. Dan ke mana saja engkau melihat, engkau akan melihat kenikmatan (merasa amat senang sekali) serta kerajaan yang besar. Bujang-bujang muda itu mengenakan pakaian yang serupa sutra halus yang berwarna hijau dan pula sutra tebal, juga diberi perhiasan gelang tangan dari perak. Tuhan memberikan minuman kepada mereka dengan minuman yang bersih." (QS. Al-Insan/Ad-Dahr: 19-21)

"Para ahli surga itu di dalamnya dikaruniai perhiasan berwujud gelang emas dan berlian, sedang pakaian mereka itu adalah sutra." (QS. Faathir: 33)

"Para ahli surga itu dikaruniai bilik-bilik yang diatasnya ada pula bilik-bilik yang lain bersusun-susun, di dalamnya mengalir sungai-sungai." (QR. Az-Zumar: 20)

"Para ahli surga itu dikaruniai bidadari-bidadari yang duduk di atas hamparan yang ditinggikan. Sesungguhnya Kami menjadikan bidadari-bidadari itu dengan kejadian yang baru, maka kami jadikanlah mereka sebagai gadis-gadis yang suci, penuh kecintaan dan sebaya saja umurnya. Itu semua untuk dikaruniakan kepada orang-orang yang menerima catatan amalnya dengan tangan kanannya." (QS. Al-Waqi'ah: 34-38)